Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
(Sebuah jalan tasawuf melibatkan penafian eksistensi, pembebasan dari diri dan pemusatan pada-diri)
Akal individu – yaitu akal yang digunakan oleh para filosof dan ilmuwan-tidak memberi jalan ini karena ia (akal individu itu) memberi perhatian pada dirinya sendiri dan cinta-diri menjadi doktrin-nya. Hanya melalui doktrin cintalah orang dapat melupakan segala yang selain Tuhan dan memeluk Kekasih azali.
Coba kita simak dialog antara akal dan cinta:
Akal berkata,“Aku adalah pisau argumentasi.”
Cinta menjawab, “Aku adalah pedang penafian.”
Akal berkata, “ Aku mengendalkan akal.”
Cinta menjawab, “Selama aku terikat pada akal, kau akan tetap tercela.”
Akal berkata, “ Kau akan mencapai tujuan tanpa bantunku.”
Cinta menjawab,” Selama kau belum terbakar oleh apiku, kau akan mencapai eksistensi sejati.”
Akal berkata, “Perhatikan dirimu sendiri dan dengarkanlan ucapan akal sehat.”
Cinta menjawab, “ Biarkan dirimu pergi, dan lepaskanlah rasa egomu.”
Akal berkata, “ Segalanya untuk dirimu.”
Cinta menjawab,” Dirimu dan semua selainnya untuk-Nya.”
Cinta menyatakan, “Berikan janji setia dirimu kepada Jalan Sang Terkasih.”
Akal menjawab, “ Itu terlalu riskan; lepaskanlah segalanya.”
Akal adalah jebakan manusia dalam perburuannya di dunia material, mengejar kenikmatan-kenikmatannya, sementara cinta adalah tali pengikat Tuhan, yang menarik orang kepada kebenaran-kebanaran dunia spiritual dan Sumber Keesaan.
Akal bekerja di atas dasar pengetahuan, penalaran, dan hapalan; sementara cinta bekerja di atas dasar wawasan yang dalam, kemurahan Ilahiah, dan perasaan. Akal mencoba mengetahui lautan dan setetes air dengan membedakan keduanya, sedangkan cinta mengubah setetes air menjadi laut.
Akal adalah fondasi bagi pamer-diri dan kepuasan-diri, sedangkan cinta adalah substansi dari pengorbanan-diri dan kefakiran.
Akal adalah perdana menteri yang dipercayai dari suatu pemerintahan ego, sedangkan cinta adalah panglima tertinggi pasukan ruh.
Tentara akal disusun oleh nafs (ego), sifat-sifatnya, dan hasil-cipta mental orang lain, sedangkan tentara cinta dibentuk dari sifat-sifat ruh dan penemuan ilahiah. Pada orang-orang tertentu, mungkin saja beberapa tentara cinta melayani akal, sementara tetap meyakini dan setia kepada ruh.
Dalam medan hati, akal adalah penasihat yang melindungi kepentingan-kepentingan ego, sementara cinta adalah obor isyarat seorang panglima, yang menaruh eksistensi di atas obor.
Ia menggilas kan dan pasukannya, mengalahkan mereka melalui peperangan, dan mengambil alih daerah hati. Setelah itu cinta, panglima yang menang, menjebloskan ego ke dalam penjara, dan menjadikan akal sebagai tawanan dan pelayananya yang patuh. Ia lmelucuti senjata pasukan akal, merampas senjata kesombongan dan pemusatan-pada-diri. Ia merampas pembendaharaan harta kesenangan-kesenangan duniawinya. Ia melucuti pakaian tipis para tentara ego dan memberinya pakaian dari bahan yang amat halus sesuai dengan kualitas tentara ruh, yang merupakan tanda-tanda manusia sempurna; dan, dengan demikian, mengubah jiwa hewaninya (nafsu amarah) menjadi jiwa yang damai (nafsul muthmainnah). Akhirnya, ia menegakkan utopia keesaan, kedam,aian dan kemurniaan di wilayah hati.
Peran tasawuf dalam pertempuran ini adalah membantu pasukan cinta, untuk menaklukkan wilayah hati dan mencapai utopia itu.
1 komentar:
antar akal dan cinta memiliki ketergantungan yang signifikan tinggal bagaimana sisi terbaik dalam diri kita menikmati keduanya sebagai anugrah terindah.. bukan sebagai alat untuk condong kepada selain Allah..
Posting Komentar