Photobucket
ABOUT MUVI PRODUCT MUVI STRENGTH BASED ORGANIZATION MITRA MUVI MUVI LEADERSHIP

MUVI LEARNING CENTER's Fan Box

Obat Penghapus Dosa

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Seorang tabib di kota bashrah, menguraikan resep obat penghapus dosa dan penyembuh penyakit hati.

Resep itu kemudian dikisahkan oleh Hasan Al Basri, sebagai berikut :
Ambillah akar pohon kefakiran dan kerendahan hati, simpan kedua akar tersebut dalam keranjang tobat, tumbuklah dengan lesung ridha, haluskan dengan saringan qonaah (puas hati) masukkan kedalam mangkok taqwa campur dengan air haya(rasa malu), didihkan diatas api mahabbah (cinta )tuangkan kedalam bejana syukur. Dinginkan dengan angin harapan dan kemudian minumlah dengan sendok hamdallah(pujian kepada allah), insya Allah engkau akan selamat dari segala penyakit dan berbicara baik didunia maupun di akhirat."
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Menjadi Dewasa

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.

Setiap hari kita berjalan meniti umur yang tidak kita ketahui sampai
kapan...alangkah sia-sia bila waktu yg begitu singkat tidak kita isi dengan
perbuatan yang berguna... ada suatu cerita yang bisa kita petik pelajaran didalamnya....


Cerita ini saya dapatkan dari seorang dosen, thanks pall, selalu bersemangat jika kuajak minum kopi(hehehe)

IMPIAN SEORANG MAHASISWI

Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya. Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah.

Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?"
Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!".
Diapun memberi saya pelukan yang sangat erat. "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok.

Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."

"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya.
"Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya
sedang mengambilnya!" katanya.

Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab. Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagai pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun.Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai.

Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Saat kami tertawa dia membersihkan kerongkongannya dan mulai, "Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua; kita menjadi tua karena kita berhenti bermain. Hanya ada empat rahasia untuk tetap awet muda, tetap bahagia, dan meraih sukses. Kamu harus tertawa dan menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun tidak mengetahuinya!"

Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa.

Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan.

Setiap orang pasti menjadi tua.
Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat.

Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan. Jangan pernah menyesal.Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan.

Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai.

Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan.

Ingatlah, menjadi tua adalah keharusan, menjadi dewasa adalah pilihan.
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Tujuh Keajaiban Dunia

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari 'Tujuh Keajaiban Dunia.'
Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang
mereka pikir merupakan 'Tujuh Keajaiban Dunia' saat ini. Walaupun ada
beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi:

1] Piramida
2] Taj Mahal
3] Tembok Besar Cina
4] Menara Pisa
5] Kuil Angkor
6] Menara Eiffel
7] Kuil Parthenon
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.

Gadis pendiam itu menjawab, 'Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.' Sang guru berkata,'Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya.'

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, 'Saya pikir, 'Tujuh Keajaiban
Dunia' adalah,
1] Bisa melihat,
2] Bisa mendengar,
3] Bisa menyentuh,
4] Bisa menyayangi,
5] Bisa merasakan,
6] Bisa tertawa, dan
7] Bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya 'keajaiban'. Sementara kita lihat lagi
semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai 'biasa'.
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

FENOMENA: Mustika

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.

Dahulu kala, ada seorang yang suka memuji-muji orang lain demi keuntungannya sendiri. Suatu hari ia mencoba menghadiahkan sepotong batu giok pada seorang menteri. Meskipun dibujuk, menteri itu menolak untuk menerima pemberian itu.


Orang itu berkata, "Ini adalah mustika sejati! Orang biasa tak patut memakainya. Hanya orang sehebat Tuan yang berhak memakainya. Jadi ini hanya tepat dimiliki dan dikenakan oleh Tuan."

"Anda boleh menganggapnya sebagai mustika," kata sang menteri, "Namun saya tidak gampang menerimanya hanya karena rayuan. Itulah mustikaku."

Nubogalalakon:"Saya melewati hari ini hanya sekali; karenanya setiap perbuatan baik yang dapat saya lakukan atau kebaikan apapun yang bisa saya perbuat kepada siapapun, biarlah saya melakukannya sekarang. Jangan biarkan saya mengabaikannya, karena pasti saya tidak akan melewati hari ini lagi."
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Tempayan Retak

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.

Jika tempayan yang tidak retak itu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Selama dua tahun, hal itu terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
Tentu saja si tempayan yang bagus merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Tempayan retak yang malang merasa malu akan kekurangannya sebab ia hanya bisa memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya. Setelah dua tahun tertekan dengan kegagalan pahit ini tempayan retak itu berkata pada si tukang air, ”saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“ Kenapa ?” tanya si tukang air . “Kenapa kamu merasa malu?“ “Selama dua tahun ini saya membawa setengah air dari porsi yang seharusnya dapat saya bawa. Air itu bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu saya telah membuatmu rugi,” Kata tempayan itu. Si tukang air merasa kasihan pada tempayan retak dan berkata, “Jika kita kembali lagi ke rumah besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik keatas bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah disepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit trhibur. Namun pada akhir perjalan ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan disisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan pada sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga disepanjang jalan pada sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun itu aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada seperti sekarang ini, majikan kita tidak akan menikmati keindahan bunga itu dan menghias rumahnya seindah sekarang ini.”
Hikmah dari kisah di atas adalah bahwa setiap kita memiliki cacad dan kekurangan. Kita semua adalah tempayan retak. Di mata Allah yang Maha Bijaksana tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahan kita dan kita pun dapat menjadi sarana keindahan Allah. Ketahuilah, di balik kelemahan kita, tersimpan kekuatan kita. Beranilah mengubah sifat yang dapat diubah dan tabahlah dengan sifat yang tidak dapat diubah dalam diri kita. Semoga dengan prinsip ini kita lebih tegar dalam menghadapi hidup yang cuma sekali ini.
Duhai Allah yang Maha Kasih dan Sayang, tuntunlah hamba-Mu yang lemah ini untuk menemukan potensi yang telah Engkau anugerahkan pada kami, dan jadikanlah kami sebagai makhluk kesayangan-Mu. Amin Yaa Robbal ‘Aalamin.
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Anggota Badan Melawan Perut

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Pada suatu ketika anggota-anggota tubuh merasa sangat berang terhadap perut. Mereka semua iri karena mereka harus menyediakan makanan dan membawanya ke perut, sementara perut sendiri tidak berbuat apa-apa kecuali mencerna hasil jerih payah mereka.

Maka mereka memutuskan untuk tidak membawa lagi makanan ke perut. Tangan tidak mau mengangkat makanan ke mulut. Gigi tidak mau mengunyah lagi dan tenggorokan tidak mau menelan. Ini akan memaksa perut untuk melakukan sesuatu.

Namun hasil keputusan mereka hanyalah tubuh yang lemah, begitu lemah sampai mereka berada dalam bahaya mati. Demikian akhirnya merekalah yang belajar bahwa dalam saling membantu mereka sebenarnya bekerja untuk kebaikan mereka sendiri.

Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

PENDAKI

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap
melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam
carabiner(pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang
disusunmelingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat,
persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.

Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak di sekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi di
dalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.

Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding
yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah.
Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.

Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada. Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus
bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak
terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu....potong tali itu. Terdengar senyap melintasi telinganya.

Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal?
Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak
membeku, dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....

***

Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu,
yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan
tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.

Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak
melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan, adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu, ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA. Ya, asal kita percaya.

Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya? Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati, maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.

Teman, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam
setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

PARADOKS WAKTU

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Paradoksnya waktu kita didalam sejarah ialah, kita memiliki gedung-gedung makin tinggi tapi makin pendek kesabaran kita, jalan raya yang makin lebar, namun pandangan kita semakin sempit.
Kita membelanjakan lebih, tapi menerima lebih sedikit.
Kita lebih banyak membeli, tapi menikmati lebih sedikit.

Kita punya rumah-rumah makin besar namun keluarga makin kecil, jauh lebih banyak kemudahan-kemudahan, tapi makin sedikit waktu tersisa.
Kita punya makin banyak gelar tapi lebih sedikit akal.
Lebih banyak ilmu dan pengetahuan, tapi lebih sedikit keadilan.
Lebih banyak pakar, namun lebih banyak pula masalah.
Lebih banyak obat-obatan, tapi malahan tingkat kesehatan berkurang.
Kita minum & makan terlalu banyak, merokok, mengeluarkan uang tanpa perhitungan, tertawa terlalu banyak kadang lupa daratan, menjadi terlalu gusar, bergadang sampai malam sekali, bangun pagi sudah terlalu capai sehingga lupa kepada siapa harus berlindung, kurang membaca, nonton TV kelewat banyak yang selalu dijejali dengan tayangan kemewahan, penuh prasangka, saling menjatuhkan-memojokkan, benci, dengki, antipati serta keburukan tak hingga yang dibuat karenanya, dan yang paling menyedihkan adalah terlalu jarang sekali berdoa-seolah kita yang paling merasa bisa melakukan semuanya, padahal ada dzat yang selalu mengendalikan apa yang kita lakukan.

Benar kita telah melipatgandakan harta milik, tapi sekaligus mengurangi nilai martabat kita.
Kita terlalu banyak bicara, jarang mencintai, dan terlalu sering membenci.
Kita betul telah belajar bagaimana cara mencari nafkah, tapi bukan membuat suatu kehidupan.
Kita menambah tahun-tahun ke usia hidup itu, bukan sebaliknya, kehidupan ke-tahun-tahun itu.
Kita sudah mampu pergi bolak balik kebulan, tapi mengalami kesulitan menyeberangi jalan untuk menemui dan menyalami tetangga baru .

Ruang angkasa raya telah kita kuasai namun apakah ruang hati kita sudah kita taklukan.
Perkara-perkara besar telah kita kerjakan, tapi bukan hal-hal yang lebih baik.
Kita telah membersihkan udara, tapi sebaliknya mencemari jiwa.
Kita telah bisa menguasai atom, tapi tidak dan belum mampu mengekang praduga kita.
Kita menulis lebih banyak, tapi belajar lebih sedikit.
Lebih banyak yang kita rencanakan, tapi lebih sedikit yang dicapai.

Kita telah belajar serba ter-buru-buru, bukannya sabar menunggu.
Kita menciptakan lebih banyak komputer untuk menyimpan lebih banyak informasi, untuk menghasilkan lebih banyak lagi tindasan, tapi sebaliknya kita makin lama makin sedikit berkomunikasi dengan sesama
kita.

Masa kini zamannya segala makanan siap saji, fast foods, dan waktu cerna lambat, orang-orang besar dan watak kerdil, laba yang luar biasa dan hubungan relasi yang dangkal.
Hari-hari ini harinya rumah-rumah yang serba "wahhh dan wuuihhh dan astaghaa", tapi keluarganya pecah, morat-
marit.
Hari-hari ini lumrah orang-orang membuat perjalanan singkat, cepat, zamannya popok pakai-langsung-buang, moralitas yang ikut-ikutan, langsung-boleh-buang, pelayanan seks 'tuk semalam(naudzubillah), berat badan yang berlebihan, dan obat-obatan, pil penyebab tawa sinting ria gembira, sampai diam bisu membatu, dan yang mampu mengganas meliar membunuh.

Inipun zamannya dimana lebih banyak yang dipamerkan sedangkan digudang malah kosong ........

Ingatlah, pakailah sedikit waktu untuk kaunikmati bersama mereka yang anda kasihi, sebab mereka tidaklah akan selamanya ada.

Ingatlah, ucapkan kata yang ramah pada seseorang yang menengadah memandangimu penuh takjub, sebab si kecil itupun sebentar jua akan tumbuh dan meninggalkan sisimu.

Ingatlah, berilah sebuah pelukan hangat pada yang ada disampingmu(istrimu, anakmu, keluargamu,dsb) karena itulah satu-satunya harta yang bisa kau berikan dengan sepenuh hatimu dan itupun tanpa kau harus bayar sepeserpun.

Ingat, ucapkan, "Aku cinta padamu" pada pasanganmu dan semua yang kau kasihi, tapi jangan hanya di bibir saja! Sebuah kecupan dan pelukan akan mengobati luka hati apabila itu benar-benar tulus dari kedalaman
nuranimu. Jangan lupa untuk berpegang tangan dan menikmati kebersamaan itu, karena suatu hari orang itu tidak akan ada lagi disampingmu.

Berilah waktu untuk mencintai, beri waktu untuk berbicara dan bagilah waktu juga untuk saling membagi pikiran-pikiran yang ada.
Pada semua sahabat-sahabatku dalam hidupku ini, terima kasih atas kehadiran kalian.
Semoga bermanfaat :p
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Singkirkan Prasangka.

Oleh:Pepen Hermawan, ST., S.Pd.
Ketika anda memandang suatu persoalan, tanggalkan prasangka-
prasangka. Prasangka itu bagaikan sepatu yang nyaman dipakai
namun tak dapat digunakan untuk berjalan. Ia memberikan
jawaban sebelum anda mengetahui pertanyaannya.


Dan, seburuk-buruknya jawaban adalah bila anda tak paham akan masalahnya.
Biarkan fakta yang tampak di hadapan anda terima apa adanya.
Jangan biarkan prasangka menyeret anda ke ujung jalan yang
lain. Mungkin anda merasa aman dengan prasangka anda, namun
sebenarnya ia berbahaya di waktu yang panjang. Bila anda
telah mampu melepaskan prasangka, anda menemukan pandangan
yang lebih jernih, keberanian untuk mengatasi masalah dan
jalan yang lebih lebar.

Bila anda mengenakan kacamata, maka yang melihat tetaplah
mata anda. Bukan kacamata anda. Dan keadaan yang sebenarnya
terjadi adalah apa yang berada di balik kacamata. Bukan
yang terpantul pada cermin kacamata anda. Demikian pula
halnya dengan diri anda, yang sesungguhnya melihat adalah
hati anda melalui mata anda. Prasangka itu adalah debu-debu
pikiran yang mengaburkan pandangan hati sehingga anda tak
mampu melihat dengan baik. Usaplah prasangka sebagaimana
anda menyingkirkan debu dari kacamata karena keinginan
anda untuk melihat lebih jelas dan jernih lagi. :p
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»

Memberi dan Menerima Kritik

Oleh: B. Adisetiawan S.Pd
(b.adisetiawan@yahoo.com)

Dalam berkomunikasi, tugas yang paling sulit adalah memberi dan menerima kritik. Kritik sering membuat kita sakit hati dan tidak berdaya. Kita menjadi patah arang dan rendah diri. Sebaliknya, kita juga sering takut melempar kritik karena khawatir yang dikritik akan tersinggung, marah-marah bahkan memusuhi kita sehingga berdampak terhadap berkurangnya kualitas kita dalam berinteraksi dengan sesama.


Namun sebenarnya kritik adalah senjata yang ampuh untuk memperbaiki diri. Apabila ditangani dengan baik, kritik membuat kita tahu kelemahan dan kekuatan kita. Ini dapat menjadi pemicu untuk memperbaiki diri. Demikian pula, memberi kritik dengan baik, akan membantu orang lain memperbaiki dirinya,yang juga akan memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut. Dalam berorganisasi, apabila dikelola dengan baik, kritik bisa menjadi alat untuk memperbaiki kinerja. Memang akan selalu menemukan kesulitan untuk bersifat tegas dalam menghadapi kritik. Demikian pula tidak mudah untuk melontarkan kritik secara adil dan santun.

Apa Yang Dimaksud Dengan Kritik?
Kita sering memandang kritik sebagai sesuatu yang seluruhnya negatif. Padahal, kritik bisa disampaikan sebagai ”seni mengevaluasi atau menganalisis secara tepat, dengan menggunakan pengetahuan...”. oleh karena itu, kritik jika dipandang sebagai peluang untuk memperluas pemahaman, sering bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai hasil positif. Bahkan jika disampaikan secara tepat, kritik bisa menjadi umpan balik yang konstruktif.

Mengapa Kritik Sulit Ditangani?
Kritik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Jika kita bisa memahami dan mengunakannya, kritik merupakan alat pemberdayaan untuk berkomunikasi secara lebih terbuka dan memperbaiki banyak segi kehidupan kita. Salah satu alasan mengapa kita cenderung menolak kritik adalah karena sebagian dari citra diri kita didasarkan pada pandangan orang lain terhadap diri kita. Kalau kita mengetahui bahwa orang lain memandang rendah kita, maka harga diri kita akan hancur.

Dunia terus berputar,orang cenderung bersedia mendengarkan hal-hal yang sesuai dengan pandangannya saja, tetapi menolak gagasan yang bertentangan dengan struktur keyakinannya. Tetapi, bukankah jika kita menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan, secara otomatis kita berusaha memperbaikinya? Apakah kritik begitu mengancam? Memang, untuk bisa mendengar pandangan yang berbeda diperlukan pikiran yang terbuka.

Gender, Citra diri, dan Kritik
Riset menunjukan bahwa kemampuan kita dalam menangani kritik sering terkait dengan tingkat kepercayaan diri kita. Pria dan wanita pada usia antara 18 tahun hingga 34 tahun jauh lebih sensitif terhadap kritik karena mereka masih dalam proses pengembangan identitas atau jati diri.

Ungkapan ”wanita cenderung memasukan ke hati” secara umum cenderung benar. Deborah Tannen,Ph.D., dalam bukunya You Just Don’t Understand, menjelaskan bagaimana pria dan wanita memandang komunikasi secara berbeda. Penilitian tersebut menunjukan terdapat perbedaan nyata mengenai cara pria dan wanita menghadapi kritikan.

Pendekatan Pria
Tannen menemukan bahwa pada dasarnya pria dan wanita berkomunikasi untuk alasan berbeda. Tujuan pria dalam berkomunikasi adalah untuk membangun independensi dan status. Oleh karena itu, mereka berbicara dalam bentuk laporan, menyampaikan statistik dan fakta. Dalam percakapan, secara terus menerus mereka mencari informasi yang akan membantunya dalam membangun independensi dan/atau status.

Pria ingin menjadi pusat perhatian dengan cara menyampaikan lelucon atau mengesankan orang lain dengan pengetahuannya. Mereka membuktikan dirinya dengan tampilan verbal. Ketika ada kritik yang menimpanya, pria tidak akan menyukainya karena berarti merendahkan status dan independensinya. Meskipun demikian,jika anda mengkritik seorang pria dengan menggunakan contoh spesifik dan fakta,dia akan menghadapinya dan menerimanya – karena dia memahami bahwa contoh dan fakta tersebut bisa membantunya untuk menjadi lebih efektif.

Pendekatan Wanita
Sebaliknya, wanita sering tumbuh dalam konsep yang keliru bahwa kalau ada kritik berarti ada sesuatu yang keliru dalam dirinya. Dalampenelitiannya, Tannen menemukan tujuan wanita dalam berkomunikasi adalah untuk membangun hubungan dan keintiman. Wanita menikmati hubungan yang baik dan berinteraksi dengan orang lain.oleh karena itu, ketika wanita dikritik, mereka merasa hubungan ini muncul dalam bentuk ”peang dingin” – wanita merasa terluka dan dia tidak ingin berbicara dengan pengkritik atau siapa pun yang terkait dengan pengkritik.

Reaksi ”perang dingin” sangat sulit dipahami oleh pria. Seorang pria bisa saja berkonflik dengan pri lain pada pukul 10 pagi dan makan siang bersama pada siang harinya. Perilaku ini tidak bisa diterima oleh kebanyakan wanita. Karena merasa terluka perasaannya, maka mereka membutuhkan waktu beberapa lama untuk membangun kembali hubungan yang telah rusak.

Namun, anda tidak perlu memberi kritik kepada wanita hanya karena reaksi yang ”khas” ini. Baik pria maupun wanita sama-sama membutuhkan kritik agar bisa berkembang. Namun demikian,harus dipahami bahwa wanita cenderung lebih sensitif dibanding pria. Wanita harus lebih memahami bahwa kritik tidak sinonim dengan ketidaksetujuan.

Pada akhirnya, wanita bersedia juga untuk membicarakan situasi yang menjadi pangkal kritik terhadap dirinya dan membangun kembali hubungan. Tetapi,”waktu yang tepat” untuk melakukan ini biasanya harus mengikuti pengertian mereka. Wanita juga cenderung peka terhadap tanda-tanda nonverbal dan bisa segera ”merasakan” jika ada sesuatu yang tidak beres. Sebaliknya, pria terkadang mengabaikan tanda-tanda nonverbal sebelum situasinya memburuk.

Mengubah Keyakinan Anda Terhadap Kritik
Mari kita lihat keyakinan anda terhadap kritik. Jika anda percaya bahwa semua kritik adalah negatif dan dengan adanya kritik berarti anda gagal. Maka apabila anda menerima kritik, hasilnya adalah penolakan terhadap diri sendiri dan kemampuan anda. Akibat berikutnya adalah anda tidak bisa bergerak maju, tidak tumbuh berkembang. Dengan sikap seperti itu, anda menjadi stagnan, tidak pernah berhasil menerobos tembok keliling yang mengurung anda.

Dalam lingkungan yang berkembang cepat saat ini, kemampuan beradaptasi, berubah, dan tumbuh dengan memanfaatkan umpan balik menjadi sangat penting. Definisi kita terhadap istilah ketololan adalah ”melakukan hal yang sama berkali-kali, tetapi mengharapkan hasilyang berbeda”. Anda tidak bisa duduk diam dan berharap bisa mempertahankan posisi anda,apalagi tumbuh. Saat ini, belajar seumur hidup sudah menjadi keharusan, dan kritik adalah kunci kita untuk tumbuh dan berkembang. Anda harus belajar menerima dan menyambut kritik sebagai sarana untuk belajar. Jika anda bisa mengubah cara pandang anda terhadap krtik, maka tekanan akibat kritik juga menjadi lebih ringan.

Pada akhirnya, anda bebas untuk menerima atau menolak kritik yang datang. Ironisnya, semakin anda menolak kritik, kritik tersebut semakin menjadi masalah. Semakin anda menerima kritik berikut ketidak-terhindaranya, semakin mudah anda memanfaatkannya untuk membangun keunggulan anda.

Cara lain untuk menjelaskan dampak dari keyakinan kita adalah dengan menilai percakapan diri kita. Percakapan diri adalah suatu istilah untukmenjelaskan arus pemikiran sadar (keyakinan) yang mencerminkan sikap kita terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan kita. Percakapan diri dan keyakinan kita terwujud menjadi kenyataan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengontrol ucapan-ucapan kita pada diri kita sendiri.

Percakapan diri yang negatif berkontribusi terhadap perasaan kita yang diserang dan dikalahkan oleh pengkritik kita. Jika kita membolehkan orang lain menentukan perasaan kita terhadap diri kita sendiri, berarti kita memberinya kekuasan untuk mengendalikan reaksi kita terhadap diri kita. Padahal kita memiliki kontrol yang lengkap terhadap makna yang kita berikan terhadap kritik, dan oleh karena itu, menentukan juga teradap cara kita merespon kritik.

Menanggapi Kritik
Kajian Simon/ Bright mengenai kritik menemukan bahwa kemungkinan besar kita akan marah apabila kritik datang dari keluarga pasangan kita (24%), pasangan (22%), dan bawahan (21%). Namun, kita bisa menanggapinya dengan baik jika kritik datang dari Guru, teman, ayah, atau atasan.

Yang menarik, kita merasa sangat penting untuk melakukan tindakan koreksi apabila kritik disampaikan oleh atasan (72%) dan pasangan (62%), tetapi menganggap tidak perlu melakukan tindakan koreksi apabila kritik disampaikan oleh saudara dari pasangan kita atau dari saudara-saudara sekandung kita. Berkaitan dengan hasil tersebut, kita akan berusaha dengan sungguh-sungguh mengubah perilaku kita apabila dikritik oleh atasan (61%) dan pasangan hidup (54%).

Kita akan amat tersinggung oleh kritik yang mempertanyakan integritas kita (85%) dan mengenai kinerj pekerjaan kita (74%). Ditemukan, ternyata wanita lebih sensitif dalam bereaksi terhadap kritik dibanding pria.

Sering terjadi, kesulitan dalam menangani kritik karena ternyata, paling tidak sebagian, kritik tersebut mengandung kebenaran. Jika kritik tersebut benar-benar keliru, mungkin tidak akan menyulitkan kita. Meskipun demikian, walaupun disampaikan secara buruk, kritik akan memaksa kita untuk memeriksa perilaku kita dan menarik beberapa kesimpulan.


Jenis Kritik

Pada dasarnya terdapat tiga jenis kritik yang kita terima: (1) kritikvalid, bona fide, (2) kritik yang tidak valid, tidak berdasar, (3) kritik yang tidak jelas atau sekedarperbedaan pendapat.

1.kritik VALID merupakan kritik yang paling sulit untuk kita tangani, karena dalam beberapa hal kita mengakui kebenarannya. Namun demikian, ada kecenderungan kita merespon kritik yang valid ini secara berlebihan, dan menganggapnya lebih penting dari yang seharusnya. Sebenarnya kita harus bisa menerima diri kita, termasuk ketika melakukan kesalahan. Kita harus ingat bahwa semakin kita aktif dan semakin banyak yang kita lakukan, maka semakin besar kemungkinan kita akan membuat kesalahan, dan karenanya akan mendapat kritik. Sementara tidak melakukan tindakan hanya karena ingin menghindari berbuat salah merupakan alternatif pengecut dan tidak produktif.

2.kritik TIDAK BERDASAR, atau tidak valid, muncul karena perilaku kita tidak sesuai dengan harapan orang lain. Orang sering tidak mengkomunikasikan harapannya sehingga besar kemungkinan kita untuk mengecewakan mereka. Tetapi,ini adalah kesalahan mereka, bukan kesalahan kita. Selain itu, agar kritikbisa benar-benar bermanfaat, harus diungkapkan secara spesifik, dengan istilah yang kongkret, sehingga kita bisa memahami harapannya dan mengambil tindakan yang tepat jika kita memilih untuk mengambil tindakan.
Dr. Hendrie Weisinger,penulis buku Nobody’s Perfect (Statford Press, 1981) menyarankan agar anda mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri apakah kritik tersebut valid atau tidak valid.
1. Apakah saya mendengar umpan balik sama yang datang lebih dari satu orang?
2. Apakah pemberi kritik mengetahui persis mengenai pkok persoalannya?
3. Apakah standar yang dimiliki oleh pengkritik diketahui dan masuk akal?
4. Apakah kritik yang disampaikan benar-benar berkaitan dengan diri kita? Atau kritik tersebut muncul karena pengkritik sedang kesal atau kecewa karena suatu hal lain yang tidak ada kaitannya dengan kita?
5. Seberapa pentingkah bagi saya untuk menanggapi kritik tersebut?

3.jenis kritik ketiga adalah KRITIK YANG TIDAK JELAS atau kritik yang hanya sekedar menunjukan adanya perbedaan pendapat. Pada jenis kritik ini, pengkritik adakah orang yang beranggapan bahwa mereka memiliki nilai dan metode yang lebih baik dibanding dengan nilai dan metode yang anda miliki. Kritik semacam ini sering sangat efektif untuk menutupi perasaan yang sesungguhnya, seperti rasa cemburu, takut terhadap sesuatu yang tidak dikenal, rasa tidak aman, arogansi, atau bahkan keinginan untuk menunjukan kewibaan diri seseorang. Tetapi, sebagaimana terhadap kritik jenis lain, kritik jenis ini penting untuk kita hadapi karena kemungkinan pengkritik memang memiliki perasaan yang harus kita perhitungkan.pendek kata, jenis kritik ini mungkin lebih berkaitan dengan pengkritik daripada dengan kita.

Tiga Tahap Merespon Kritik
Ketika menerima kritik, begitu kritik disampaikan, sangat penting untuk menyadari bahwa kita lebih banyak memiliki kontrol dibanding pengkritiknya. Selanjutnya terserah anda, apakah kritik tersebut menurut anda perlu dan bermanfaat untuk di tindaklanjuti. Pada dasarnya terdapat tiga tahap yang kita lalui ketika menghadapi kritik

TAHAP SATU: Menyadari
Dalam tahap MENYADARI, kita mengetahui bahwa kita sedang dikritik dan dengan segera insting kita mengambil alih. Kita mungkin segera melakukan serangan balik, mengambil tindakan defensif, atau menjadi korban tak berdaya yang secara otomatis menerima nilai pengkritik begitu saja.

Serangan Balik

Ketika memberi serangan balik kepada pengkritik, kita sering menggunakan sarkasme, meruntuhkan keberaniannya, atau dengan sindiran.terkadang kita benar-benar ”bersemangat” dalam melakukan serangan balik dengan sarkasme,sehingga apabila kita memiliki audiens,kita akan disambut dengan tawaan.

Pelawak atau kartunis banyak menggunakan sarkasme karena dengan sarkasmelah mereka menjadi lucu. Sarkasme merupakan istilah dari bahasa latin yang artinya ”merobek-robek”. Ini merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan perasaan orang yang terkena serangan sarkasme. Sarkasme sering mematikan,dan ini tentu saj bukan merupakan cara bereaksi yang tepat untuk menghadapi kritik.

Menyerang dengan meruntuhkan kepercayaan diri pengkritik menunjukan bahwa anda tidak berniat membangun hubungan,tetapi hanya berupaya agar pengkritik kehilangan keberanian atau kepercayaan diri. Cara ini menghapus suasana dimana anda bisa terus berbicara dengan dengan pengkritik secara nyaman. Demikian pulapengkritik, tidak bisa berbicara secara nyaman dengan anda.

Ketika kita melakukan serangan balik kepada pengkritik yang agresif, mungkin kita merasa tidak mempengaruhi orang tersebut.namun, sebenarnya serangan kita menghujam lebih dalam dari yang kita duga. Sering, orang yang mengkritik kita sebenarnya merasa tidak aman.

Korban Tidak Berdaya
Respon sebagai ”korban tidak berdaya”, atau reaksi pasif, juga tidak banyak membantu. Jika anda tidak mengucapkan sepatah kata pun atau menerima kritik sebagai kritik yang sah tanpa menilainya lebih dahulu, anda akan nampak seperti tidak memiliki kepercayaan diri dan kehilangan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri! Kedua, kemungkinan anda tidak akan benar-benar mengetahui apa yang dimaksudkan sesungguhnya oleh pengkritik, kecuali jika anda meluangkan waktu untuk menilai kritik tersebut.

Pendekatan yang jauh lebih baik untuk menghadapi kritik adalah dengan menyadari bahwa kita sedang dikritik, itu saja – baru dengan cepat bergerak untuk menilai kritik tersebut.

TAHAP DUA: Menilai
Pada tahap kedua, anda MENILAI kritik yang disampaikan,maksud dari pengkritik, dan seberapavalidkah kritik tersebut. Untuk menentukan apakah kritik tersebut valid atau tidak, perhatikan pula perilaku nonverbal pengkritik. Anda bisa menghentikan intensitas perasaannya dan seberapa terbuka dia untuk menghadapi tindakan yang akan anda ambil.

Selidiki fakta yang berkaitan dengan kritik yang disampaikan untuk memastikan bahwa anda benar-benar memahami ucapan dan maksud dari pengkritik. Untuk melakukan klarifikasi, ajukan pertanyaan berikut ini
1. Apa sebenarnya yang telah terjadi?
2. Kapan hal tersebut terjadi?
3. Apa yang telah keliru?

Penting juga, anda berusaha untuk mendapat kritik. Anda harus menjelaskan kritik apa yang ingin anda peroleh untuk dinilai dan dengan cara seperti apa anda ingin menerimanya. Karena anda bisa mengontrol kritik tersebut, maka kemungkinan besar kritik tersebut bermanfaat untuk mencapai perbaikan dalam kinerja anda.

Setelah meneliti fakta, berusahalah untuk mempertimbangkan apakah kritik tersebut akurat atau tidak. Luangkan waktu untuk berpikir sebelum anda memberi respon. Berusahalah jujur, tetaplah tenang dan fokuskan pada hasil, pertimbangkan respon anda sebelum berbicara.

TAHAP TIGA: Bertindak
Pada tahap akhir, anda memutuskan TINDAKAN apa, jika memamng harus ada tindakan yang ingin anda ambil terhadap kritik tersebut. Mari kita pelajari strategi BERTINDAK untuk menghadapi kritik secara asertif.

BUKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBERI KRITIK
Ketika anda memutuskan bentuk kritik yang akan digunakan, harus diingat bahwa ada saatnya anda tidak memberi kritik.
1.jangan memberi kritik ketika anda sedang marah, tertekan, atau tersinggung.
2.jangan memberi kritik ketika waktunya tidak tepat bagi penerima, atau ketika penerima kriritk tidak bisa melakukan apa-apa terhadapkritik tersebut.
3.jangan memberi kritik ketika anda tidak memiliki fakta atau bukti spesifik untuk mendukung kritikan anda.
4.jangan memberi kritik untuk melakukan permainan kekuasaan –untuk meruntuhkan kepercayaan diri penerima atau untuk menunjukan bahwa diri anda penting.
5.jangan mengharapkan hasil dari kritik anda jika anda belum menetapkan tujuan atau harapan bersama.

Hathaway, Patti. (2001). Giving And Receiving Feedback. CV Teruna Medika.
Schubert, Susan. (2001). Memanajemeni Atasan. PPM, Jakarta.
Cetak Halaman Ini++Baca Selengkapnya »»